Daftar Profesi yang Ngenes dan Kurang Perhatian

Dokter adalah profesi yang berada di nomor pertama dari daftar cita-cita masa kanak. Selanjutnya astronot, akuntan, bos kantoran, dan punya pabrik playstation. Paling tidak punya rental sendiri supaya terkenal di sekolahan. Pembaca yang budiman, sesungguhnya negara ini masih memerlukan banyak profesi lain sebagai kontributor kemajuan. Tanpa berlama-lama, berikut adalah profesi yang semoga saja tidak sepi peminat:

Barista Giras

Giras, burjo, angkringan, atau apapun sebutannya, di setiap daerah tempat semacam ini tidak pernah absen. Giras kerap dijadikan markasnya aktipis, tempat beristirahatnya buruh pabrik, sampai menjadi tujuan bolos para pelajar. Giras selalu memiliki yang namanya Barista, entah apa menyebutnya, tapi istilah ini paling mendekati benar. Percayalah, mereka memiliki kemampuan dan ciri khas masing-masing. Contoh, ada Barista memiliki kemampuan membuat kopi dengan rasa yang ideal, tapi tidak komunikatif dengan pengunjung, kalau diajak ngobrol terkesan introvert. Sebaliknya, ada Barista yang sok asik – sampai kehidupan pribadi pengunjung ditelusuri, rasa kopi tidak menjadi prioritas, yang penting ada filosofinya.

Tukang Tambal Ban

Selain paku kehidupan yang senantiasa menguji ketabahan, paku jalanan pun kadang sengaja ditebar tak jarang membuat kita mengelus dada. Berterimakasihlah pada Tukang Tambal Ban, mereka dengan ekhlas menunduk berlama-lama untuk menambal setiap kecil lubang yang menggembosi semangat kita – mereka menambal keresahan kita. Sudah berapa pasang kekasih yang terganggu saat ena-ena di jalanan akibat ban bocor? Sudah berapa jumlah dari mereka yang diselamatkan Tukang Tambal Ban? Adegan dramatis dorong motor tidak akan berakhir tanpa profesi ini. Sungguh. Bayangkan saja profesi ini tak pernah ada, mau dorong motor sampai mana para kekasih yang gagal ena-ena itu?

Peronda

Peronda mempunyai tugas mulia di jaman yang serba mengkhawatirkan ini. Mereka ialah pemecah sunyi: sudah pernah terkejut mendengar tiang listrik seperti dilempar batu saat tengah malam? Kalau belum, bisa dipastikan tidur kalian terlalu sore. Meski peronda tidak berpotensi membuat qalean menjadi kaya, karena bayaranya hanya kopi dan rokok senja, tapi siapa sangka kalau profesi yang paling dicintai masyarakat ini telah dijamin posisinya di surga? Lho, kok? Jadi begini, saya ada cerita di kampung, namanya Amaq (bapak) Segab, dulu rumah amaq Segab pernah hampir dibobol maling karena rencananya ingin naik haji santer terdengar hingga ke kampung tetangga. Berita ini yang barangkali menjadi niatan buruk para penjahat ingin mengambil uang haji amaq Segab.

Benar saja, seminggu sebelum keberangkatan, empat orang pencuri berhasil digagalkan aksinya oleh seorang peronda bernama Idris, konon ia memang memiliki kesaktian warisan. Tapi  berkat Idris, amaq Segab bisa berangkat haji tanpa masalah. Sepulangnya haji, amaq Segab banyak bercerita jika setiap selesai sholat di Makkah, nama Idris tak pernah luput dari do’anya. Wallahua’lam Bishawab.

Tukang Isi Korek Gas

Baca Juga :  Mosi Tidak Percaya Atas Kecenya Jurusan Kedokteran

Jika para aktivis anti-rokok mempunyai visi untuk membebaskan udara dari asap rokok, pilihannya ada dua; hancurkan pabrik rokok atau jangan biarkan TIKG (Tukang Isi Korek Gas) buka lapak. Selesai. Di luar dari semua visi itu kita patut berterimakasih pada TIKG, walau urgensi dari keberadaan mereka masih abu-abu, tapi mereka memiliki tempat tersendiri di hati para penggemar korek. Seberapa dalam kesedihan seorang pecinta korek saat benda kesayangannya itu kehilangan fungsi? Masih untung kehilangan fungsi, ada yang sampai hilang beneran. Korek adalah manifestasi kenangan seseorang yang sudah lama mengalami jatuh-bangun dan asam-garam kehidupan.

Korek selain fungsinya untuk memberi cahaya bagi jalan gelap, korek juga bermanfaat sebagai alat penambah teman. Di Indonesia sendiri, jumlah perokok mencapai sepertiga jumlah penduduk, yakni 36,4 persen. Setidaknya antara sekian banyak perokok, 5 persen tidak membawa korek. Dan di sana qalean para penggemar korek berkesempatan menjadi penyelamat mereka. Lebih jauh lagi, para perokok dan penggemar korek harus benar-benar berterimakasih pada TIKG, tanpa mereka, pertemanan kalian tidak akan dimulai.

Tukang Patri

Saya, anda, emak-emak, mari sama-sama kita menunduk mengucapkan rasa hormat pada Tukang Patri yang selalu menyelamatkan setiap masakan kita di rumah. Betapa berjasanya mereka dengan hadir sebagai orang pertama yang bilamana panci mengalami kebocoran. Sudah berpuluh-puluh tahun Tukang Patri menempati posisi penting dalam wilayah domestik, jika pecinta korek dan perokok menjalin hubungan erat dengan TIKG, dalam hal ini, emak-emak dan Tukang Patri pun demikian. Bukan bermaksud menyinggung feminis yang tidak pernah mau menerima posisi perempuan di dapur, saya hanya ingin memaparkan fakta lain dari mapannya budaya patriarkis ini: bahwa tukang patri sesungguhnya menempati posisi lebih domestik dari perempuan, lebih radikal dari apa yang feminis kritik selama rentang abad 20.

Jika feminis menganggap wilayah domestik yang didominasi perempuan adalah hasil dari konstruksi budaya patriarkis, bisakah mereka menjawab siapa yang mengkonstruksi posisi bapak Tukang Patri? Tidak lain dan tidak bukan perempuan itu sendiri kok terkesan eksklusif. Kita juga wajib berterimakasih pada Tukang Patri, tanpa mereka, tidak ada lagi yang mampu menahan perempuan di dapur. Sebab kalau perempuan ikut kerja di pabrik, kantor, atau industri lain, itu hanya akan menguntungkan kapitalis. Karena saya masih percaya, keterampilan dan ketelatenan perempuan adalah bakat yang sedang diburu oleh para pemodal. Cukuplah Tukang Patri dan para perempuan menyiapkan masakan untuk tenaga-tenaga revolusioner di masa depan.

 

Sebelumnya pembaca yang budiman, saya tidak bermaksud menjadi provokator dari/untuk pihak manapun. Tapi begini lah, segelintir profesi yang ada di negara kita ini perlu dilestarikan. Mereka mempunyai peran penting dalam wilayah-wilayah terabaikan untuk perubahan yang progresif. Terimakasih.