
Bangsa dan Negara sedang gaduh ihwal pesek. Penghinaan terhadap konjungtur hidung salah satu Ustadz terhadap Rina Nose—selebriti dan komedian yang melepas jilbabnya, sontak mengundang banyak reaksi.
Bejibun kutukan disembur teruntuk Rina, yang dianggap menghina Islam. Kenyinyiran lain juga dialamatkan pada Ustadz Somad, penceramah yang mengaum keras terhadap ke-pesek-an Rina dan sikapnya yang melepas jilbab. Debat makin ramai ketika panutan kita bersama yang kebetulan anti-Pancasila, Felix Siauw, ikut-ikutan menjadi juru bicara Somad.
Yang terbaru, pemilik merek baju muslimah kondang, Rabbani, mengeluarkan statemen ala corporate social responsibility yang dengan murah hati menyumbangkan kerudung gratis untuk Rina. Tak pelak, gelombang besar pro-kontra terkait Rabbani mengemuka deras sekali—sederas hujan kemarin sore di pojok Karang Menjangan.
Apa pasal? Mengapa tenaga kita bisa demikian besarnya dalam membela sekaligus mengutuki orang-orang ini? Dari mana datangnya semua kegaiban energi itu?
Pertanyaan ini menjadi penting dikemukakan, sebab yang berpesta-pora dari semua gaduh ini adalah infotainment dan selebriti itu sendiri. Kemarahan dan simpati kita disulap menjadi iklan.
Bagaimana pendapat pembaca? Situasi ini akan terulang lagi di kemudian hari, andai tak ada yang berupaya menjernihkan suasana dan sudut pandang. Jadi, silahkan sumbang gagasan anda.
Sekiranya akan ada beberapa kemungkinan sikap:
- Bahwa Rina Nose harus ditolak kehadirannya karena cacat moral, menghina ajaran Islam dengan melepas jilbab yang menjadi norma agama
- Bahwa jilbab bukan norma dan ia sekedar warisan kultural, sehingga melepas/memakai tidaklah menjadi soal besar
- Bahwa tiap warga Negara tetap dilindungi oleh Negara dalam hak asasi, termasuk melepas jilbab
- Bahwa tidak ada peraturan atau perundang-undangan di Negara ini yang melarang atau mewajibkan jilbab, sekurang-kurangnya pada konteks hidup Rina Nose, sehingga tidak relevan semua kutukan atasnya.
Masing-masing pendapat di atas akan memiliki konsekuensi lain. Masuk kriteria manakah sikap pembaca? Atau punya pendapat lain?
Pembaca boleh menggunakan argumentasi dari perspektif manapun: dari moral, agama, komunis, pancasila, asmara, sampai kitab Gatholoco pun kami terima.
Silahkan tinggalkan komentar di bawah tulisan ini. Sungguh berharga andai anda sudi.
No.4 mas Kalikata, sepengetahuan saya yang awam ini, sepertinya memang belum ada undang-undang yang mewajibkan warga negara kita menggunakan jilbab. Ini mungkin karena mbaknya public figur, jadi rame di bahas sana sini. Saya cuman yakin kalau di luar sana masih banyak yang melepas hijabnya karena satu dua hal, urusan akhirat mah garis lurus antara manusia dengan tuhannya.