
Oleh: Julian Sadam*
Seorang sarjana kehutanan njeplak bahwa curah hujan tinggi adalah penyebab utama banjir yang menerjang Kalimantan Selatan diawal tahun 2021. Padahal, ada faktor lain yang lebih krusial selain cuma menyoal curah hujan tinggi: kerusakan lingkungan di hulu akibat lubang galian tambang dan alih fungsi lahan untuk perkebunan sawit. Dua hal ini, sulitnya, mendapat legitimasi izin oleh pemerintah.
Seorang penganggur yang awam mulai berpikir, bagaimana tidak banjir jika daerah serapan air makin berkurang karena alih fungsi lahan yang begitu masif tanpa mempertimbangkan keseimbangan alam. Banjir yang menenggelamkan 10 kabupaten dan kota, misalnya, adalah efek langsung dari ekploitasi lahan.
Penganggur itu sepintas teringat seikat merch yang baru ia beli, yang memberikan bonus bacaan menarik berjudul Ekologi Revolusioner karya Judi Bari. Seikat merch itu dijual demi mengumpulkan dana untuk sebuah kolektif tani di perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah yang sedang menggarap lahan demi mengelola ketersediaan pangan secara otonom.
Judi bari adalah seorang aktivis ekologi Amerika Serikat yang semasa hidupnya giat melakukan berbagai macam aksi bersama organisasi Earth First! menentang pengrusakan alam oleh korporasi besar dan pemerintah. Orang yang pada masanya barangkali dianggap terlalu berbahaya hingga seseorang harus menaruh bom di mobilnya pada 1989.
Dalam Ekologi Revolusioner, mbak Judi Bari menabrak habis kekakuan yang membatasi ruang gerak ekologi melalui pendekatan deep ecology atau biosentrisme; sebuah kearifan lokal sejak zaman purba yang termaktub dalam pepatah “Bumi bukan milik kita. Kita adalah bagian dari bumi.” Justru manusia adalah bagian dari alam, sepotong spesies di antara banyak spesies lainnya.
Penganggur itu menenggak vodka dingin dan mulai menangkap bahwa biosentrisme adalah hukum alam yang hadir secara independen, tak peduli manusia menerimanya atau tidak. Namun dalam konteks masyarakat industri masa kini, biosentrisme benar-benar sangat revolusioner. Ia menentang sistem hingga ke dasar-dasarnya.
Gagasan mbak Judi Bari menyoroti kontradiksi biosentrisme dengan kapitalisme. Nilai lebih (seperti profit) tak hanya dicuri dari para pekerja, tetapi juga dicuri dari bumi. Penggundulan hutan adalah contoh sempurna dari pemerasan nilai lebih bumi. Bahkan, perusahaan-perusahaan global saat ini melampaui pemerintah atau negara.
Justru, negara melayani perusahaan dengan produk undang-undang yang berlabel neoliberalisme untuk melegitimasi kapitalisme, dengan bantuan sepasukan infrastruktur dan aparat. Mbak Judi Bari menegaskan tak ada yang namanya kapitalisme hijau, tak ada perjuangan abu-abu, dan bahwa orang-orang yang berkecimpung di bidang ekologi haruslah revolusioner.
Biner kanan-kiri yang diamini oleh kebanyakan orang dengan menawarkan Marxisme sebagai implementasi untuk menggantikan kapitalisme nyatanya belum memberikan jawaban. Mbak Judi mengkritik ideologi-ideologi kiri hanya berbicara tentang bagaimana cara mendistribusikan ulang barang rampasan dari hasil memerkosa bumi secara lebih merata di antara kelas-kelas manusia. Walau ketidakseimbangan alam dibawah sosialisme tidak separah dibawah kapitalisme, namun itu tak pernah menjawab kontradiksi masyarakat industri dan bumi, selain kontradiksi modal dan tenaga kerja.
Kesamaan masyarakat hari ini dalam memperlakukan perempuan dan alam (seperti ungkapan-ungkapan “hutan perawan” atau “ibu bumi”) menjadi premis untuk menjabarkan biosentrisme yang juga bertentangan dengan patriarki. Mbak Judi menggugat inti keyakinan terhadap sistem ilmu pengetahuan yang maskulin. Dimana “sifat-sifat maskulin” sebagai penaklukan dan dominasi digambarkan dalam ilmu pengetahuan oleh penemunya sebagai sistem yang mensyaratkan pemisahan manusia dari alam dengan gagasan “reduksionalisme ilmiah”; yang berarti menerapkan dominasi kita atas alam.
Metode ilmiah yang maskulin ini muncul pada periode yang sama dengan masa-masa penindasan yang sangat kejam terhadap pengetahuan perempuan tentang bumi yang diturunkan dari generasi ke generasi, cara-cara herbal, dan lain sebagainya yang dengan gampang saja disebut sebagai “takhayul”.
Oleh karena itu, menganut biosentrisme berarti menentang sistem pengetahuan maskulin yang mendasari kerusakan bumi dan yang mendasari justifikasi atas struktur masyarakat kita. Alih-alih mencari cara untuk mendominasi pria seperti wanita didominasi di bawah patriarki, maskulin dan feminin harus ada dalam keseimbangan. Tanpa keseimbangan antara keduanya, rasanya sulit membuat perubahan yang kita butuhkan untuk kembali kepada keseimbangan dengan alam.
Kita tidak bisa dengan serius mengatasi masalah banjir yang menenggelamkan sepuluh kabupaten dan kota tanpa membahas dan mengatasi masalah masyarakat yang menghancurkannya, menjadi fakta bahwa boisentrisme adalah sebuah filsafat revolusioner. Sebuah gerakan ekologi revolusioner juga harus terorganisasi di kalangan pekerja dan orang miskin.
Bagaimana mungkin kita memiliki gerakan yang berfokus pada pembuangan limbah beracun, misalnya, tetapi kita tidak memiliki gerakan pekerja untuk menghentikan produksi racun? Hanya ketika karyawan penebangan menolak untuk menebang pohon-pohon tua, menggunduli hutan, atau membakarnya, baru kita bisa berharap untuk perubahan nyata dan bertahan lama. Satu-satunya cara yang dapat Mbak Judi bayangkan untuk menghentikannya adalah dengan ketidakpatuhan yang dilakukan secara besar-besaran.
Tak terasa sudah tenggakan kelima bagi si penganggur, sementara sarjana kehutanan masih membual tentang curah hujan tinggi. Mungkin sesekali mereka perlu nongkrong berdua melahap gagasan Judi Bari di satu meja sembari mahasiswa-mahasiswa progresif menggugat instansi pendidikan berlabel neoliberal agar tak ada lagi sarjana kehutanan macam itu.
*) Akrab dipanggil Adam. Lahir di Karanganyar pada malam Selasa menjelang lailatul qadar. Aktif mengisi konten di berbagai laman dan baru saja menerbitkan buku pertamanya berjudul “Satu Kosong; Satu untuk Tuhan”.
*) Ilustrasi oleh: Tiara Sakti Ramadhani
Menggambar dari Ngagel. Pemanah dan penggemar BTS profesional. Bisa dihubungi melalui akun Instagram @tiarasr.art.