Cara Healing Muktahir Tanpa Mahal

Healing. Apa yang berada di benak kalian ketika pertama kali mendengar kata ini? Jalan-jalan biar otak tidak seterusnya pening? Atau ngopi di tempat Instagram-able?

Akhir-akhir, ini sepertinya kata yang satu ini terlalu sering digunakan, apalagi di aplikasi kesukaan kita semua, TikTok. Seolah menunjukan bahwa peradaban manusia saat ini dipenuhi orang-orang yang stress, sumpek memikirkan hidupnya, atau lelah dengan aktivitas kesehariaannya, atau justru sedang terluka?

Apapun alasannya, kata healing acapkali digunakan. Meski entah, apakah yang menggunakan kata itu juga memahami sepenuhnya makna daripada healing itu sendiri atau asal menggunakannya saja? Ikut-ikutan trend?

Kalau diambil dari kata berbahasa Inggris yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, healing berarti penyembuhan. Apabila ditinjau dari ilmu psikologis, healing termasuk dalam bagian dari kesehatan mental, maknanya sama yakni penyembuhan. Jadi, secara harfiah healing  ialah sebuah penyembuhan terhadap jiwa, perasaan, pikiran, dan batin. Sehingga lantas muncul istilah penyembuhan diri atau self healing.

Namun, istilah healing secara tidak langsung saat ini masuk dalam kosakata bahasa populer yang sering digunakan masyarakat, utamanya kaum milenial yang berada pada fase quarter life. Singkatnya dimaknai sebagai sebuah proses penyembuhan diri dalam hal apapun yang berkaitan dengan perasaan, kesedian, emosi, kecemasan, kekhawatiran, kejenuhan, juga masalah pelik dalam hidup.

Apapun pemaknaan yang kalian pahami, dan ditinjau dari segi apapun, setidaknya healing tetaplah sebuah proses penyembuhan, penjernihan pikiran.

Banyak cara yang dilakukan kaum milenial untuk healing. Biasanya mereka akan melakukan perjalanan, menjelajahi satu tempat ke tempat lain. Cara ini memang cukup efektif, bagi yang memiliki jiwa berpetualang tinggi dan yah, setidaknya memiliki kantong yang tebal lah ya. Zaman gini mana ada gratisan? Kecuali yang ngendorse.

Cara healing berikutnya ialah dengan menonton. Buat beberapa orang, setidaknya dengan menonton, otak akan sedikit terhibur.

Healing bisa juga dilakukan dengan naik gunung, menulis buku, membaca buku, melakukan hobi apapun itu. Sangat banyak cara yang bisa dilakukan untuk healing. Tinggal cara mana yang kalian inginkan.

Baca Juga :  Yakin Kekayaan Akan Sia-sia jika Meninggal?

Namun, dari sekian banyaknya cara tersebut, satu hal yang sangat berpengaruh dan mampu membantu kalian dalam proses healing, yakni bercengrama.

Sebagai manusia, kita dilahirkan untuk menjadi mahluk sosial, saling keterkaitan dengan orang lain, juga saling membutuhkan. Sebagai makhluk sosial perlu adanya interaksi sosial dalam hidup. Interaksi sosial sendiri terjadi ketika ada hubungan timbal balik antara individu. Maka, atas dasar kodrat manusia sebagai makhluk sosial inilah, berinteraksi juga merupakan hal penting yang diperlukan seorang manusia dalam hidup.

Berinteraksi akan menjadikan kita tetap hidup dan mampu dijadikan sebagai salah satu cara healing. Bahkan bisa dikatakan bercengkrama merupakan cara healing yang sesungguhnya.

Kenapa saya mengatakan demikian? Dan seberapa penting bercengkerama itu?

Tentu karena kita sebagai manusia acapkali ingin didengarkan, perihal apa yang berada di kepala kita. Kita perlu ngobrol, bercengkrama, deep talk agar permasalahan dalam hidup kita terbagi. Kadangkala membagi cerita dengan teman melalui bercengkrama mampu mengurangi sedikit beban dan luka-luka dalam hidup kita. Syukur-syukur dari bercengkrama itu kita memperoleh solusi.

Bahkan kalau kita mau menengok dan membaca beberapa berita kasus bunuh diri, tak jarang karena dipicu oleh depresi akut yang seharusnya memerlukan healing, pendengar, penyemangat dan teman untuk berbagi keluh kesah, tapi tidak menemukannya.

Itulah mengapa bercengrakrama menjadi cara healing  yang sesungguhnya. Sebab bercengkrama juga bisa memperluas wawasan kita, dan bahkan bisa melihat sudut pandang berbeda dalam menjalani permasalahan hidup kita.

Ya itu sih alasan pentingnya bercengkerema versi serius. Praktisnya, healing dengan bercengkerama juga lebih hemat di ongkos, gak perlu tiket pesawat dan biaya hotel staycation. Kadang-kadang cuma modal kopi di warkop atau kuota internet buat nge-zoom berjamaah, buat ngobrol sepuasnya sampe dini hari, hehehe.

Artikel ini juga terbit di kompasiana